Sabtu, 04 Februari 2012

PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelapa sawit tergolong dalam famili Palmae. Tanaman kelapa sawit berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kekapa sawit berasal dari Amerika selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya, kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, bahkan mampu memberikan hasil produksi yang lebih tinggi (Fauzi et al, 2005).
Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Pada tahun 2003, luas areal kelapa sawit di Indonesia sekitar 5.283.557 ha dengan Crude Palm Oil (CPO)mencapai 10.440.834 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Volume dan nilai ekspor CPO di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2003 volume CPO yang diekspor sebesar 6.386.409 ton dengan nilai ekspor US $ 2.454.626.000, dan pada tahun 2004 volume CPO yang diekspor meningkat menjadi 8.661.647 ton dengan nilai ekspor US $ 3.441.776.000 (Direktirat Jenderal Perkebunan, 2006)

B. Tujuan
1. Memberi informasi kepada para pembaca yang berminat dalam bertani kelapa sawit
2. Memberi informasi tentang aspek dan metode pemupukan kelapa sawit.

BAB II
PEMBAHASAN
PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT


Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk produksi buah. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan.

A. PERANAN UNSUR HARA

Peranan Unsur Hara

1. Nitrogen
a. Penyusunan protein, klorofil dan berperanan terhadap fotosintesa
b. Kekurangan Nitrogen menyebabkan daun berwarna kuning pucat dan menghambat pertumbuhan.
c. Kelebihan Nitrogen menyebabkan daun lemah dan rentan terhadap penyakit/hama, kekahatan Boron, White Stripe dan berkurangnya buah jadi.
d. Penyebab defisiensi Nitrogen : Terhambatnya mineralisasi Nitrogen, aplikasi bahan organik dengan C/N tinggi, gulma, akar tidak berkembang, pemupukan Nitrogen tidak efektif.
e. Upaya : Aplikasi secara merata di piringan,Tambah Urea pada tanaman kelapa sawit, aplikasi Nitrogen pada kondisi tanah lembab, kendalikan gulma.

2. Pospor
a. Penyusun ADP/ATP, memperkuat batang dan merangsang perkembangan akar serta memperbaiki mutu buah Kekurangan P sulit dikenali, menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing.
b. Indikasi kekurangan P : Daun alang-alang berwarna ungu, LCC sulit tumbuh dengan bintil akar yang sedikit.
c. Penyebab defisiensi P : P tanah rendah ( <>

3. Kalium
a. Aktifitas stomata, aktifitas enzim dan sintesa minyak. Meningkatkan ketahanan terhadap penyakit serta jumlah dan ukuran tandan. b. Kekurangan K menyebabkan bercak kuning/transparan, white stripe, daun tua kering dan mati. c. Kekurangan K berasosiasi dengan munculnya penyakit seperti Ganoderma. d. Kelebihan K merangsang gejala kekurangan B sehingga rasio minyak terhadap tandan menurun. e. Penyebab kekurangan K : K di dalam tanah rendah, kurangnya pupuk K, kemasaman tanah tinggi dengan kemampuan tukar kation rendah. f. Upaya : Aplikasi K yang cukup, aplikasi tandan kelapa sawit, perbaiki kemampuan tukar kation tanah dan aplikasi pupuk K pada pinggir piringan.

4. Magnesium
a. Penyusun klorofil, dan berperanan dalam respirasi tanaman, maupun pengaktifan enzim. b. Kekurangan Mg menyebabkan daun tua berwarna hijau kekuningan pada sisi yang terkena sinar matahari, kuning kecoklatan lalu kering. c. Penyebab defisiensi Mg : Rendahnya Mg didalam tanah, kurangnya aplikasi Mg, ketidak seimbangan Mg dengan kation lain, curah hujan tinggi ( > 3.500 mm/tahun ), tekstur pasir dengan top soil tipis.
d. Upaya : Rasio Ca/Mg dan Mg/K tanah agar tidak melebihi 5 dan 1,2, aplikasi tandan kelapa sawit, gunakan Dolomit jika kemasaman tinggi, pupuk ditabur pada pinggir piringan.

5. Tembaga
a. Pembentukan klorofil dan katalisator proses fisiologi tanaman.
b. Kekurangan Cu menyebabkan Mid Crown Clorosis (MCC) atau Peat Yellow. Jaringan klorosis hijau pucat - kekuningan muncul ditengah anak daun muda. Bercak kuning berkembang diantarajaringan klorosis. Daun pendek, kuning pucat kemudian mati.
c. Penyebab defisiensi Cu : Rendahnya Cu didalam tanah gambut atau pasir, tingginya aplikasi Mg, aplikasi N dan P tanpa K yang cukup.
d. Upaya : Perbaiki rendahnya K tanah, basahi tajuk dengan 200 ppm Cu SO4.

6. Boron
a. Meristimatik tanaman, sintesa gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.
b. Kekurangan Boron menyebabkan ujung daun tidak normal, rapuh dan berwarna hijau gelap, daun yang baru tumbuh memendek sehingga bagian atas tanaman terlihat merata.
c. Penyebab defisiensi Boron : Rendahnya B tanah, tingginya aplikasi N, K dan Ca.
d. Upaya : Aplikasi 0,1 - 0,2 kg/pohon/tahun pada pangkal batang





B. JENIS DAN SIFAT PUPUK

Sumber Hara1. Tanah2. Residu tanaman : Pelepah, Tandan Kelapa Sawit, Abu janjang, Limbah cair dan kacangan penutup tanah.3. Pupuk An-Organik : Tunggal, Campur, Majemuk, Majemuk khususPupuk An-Organik
1.         Pupuk tunggal : Mengandung satu hara utama, tidak terlalu mahal per kg hara, mahal dibiaya kerja, mudah diberikan sesuai rekomendasi
2.         Pupuk Campur : Campuran beberapa pupuk tunggal secara manual, sekali aplikasi, tidak semua pupuk dapat dicampur, keseragaman campuran beragam, sulit untuk diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
3.         Pupuk Majemuk : Satu formulasi mengandung beberapa hara utama, harga per kg hara mahal, sekali aplikasi, mudah disimpan, biaya aplikasi murah, sulit diterapkan untuk tanaman menghasilkan.
4.         Pupuk Majemuk Khusus : Pupuk majemuk yang dibuat secara khusus, seperti dalam bentuk tablet atau pelet. Harga per satuan hara lebih mahal dibandingkan pupuk lainnya, efektivitas masih perlu diuji.
Sifat PupukSifat pupuk sangat beragam sehingga pemilihan pupuk hendaknya mengacu pada Standar Nasional Indonesia ( SNI ) yang telah ada.

C. PEMUPUKAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN

a. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman.
b. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadual, umur tanaman.
c. Pada waktu satu bulan, ZA ditebar dari pangkal batang hingga 30 – 40 Cm.
d. Setelah itu ZA, Rock Phosphate, MOP dan Kieserit ditaburkan merata hingga batas lebar tajuk.
e. Boron ditebarkan diketiak pelepah daun
f. ZA, MOP, Kieserite dapat diberikan dalam selang waktuyang berdekatan.
g. Rock Phosphate tidak boleh dicampur dengan ZA. Rock Phosphate dianjurkan diberikan lebih dulu dibanding pupuk lainnya jika curah hujan > 60 mm.
h. Jarak waktu pemberian Rock Phosphate dengan ZA minimal 2 minggu.
i. Pupuk MOP tidak dapat diganti dengan Abu Janjang Kelapa Sawit.

D. PEMUPUKAN TANAMAN MENGHASILKAN

a. Sasaran pemupukan : 4 T ( Tepat jenis, dosis, waktu dan metode)
b. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, hasil analisa daun, jenis tanah, produksi tanaman, hasil percobaan dan kondisi visual tanaman.
c. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan sebaran curah hujan.Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan ( TM ) Pada Tanah Gambut :Kelompok Umur (Tahun) Dosis Pupuk (kg/pohon/thn)Urea RP MOP(KCl) Dolomit Jumlah3 – 8 2,00 1,75 1,50 1,50 6,759 – 13 2,50 2,75 2,25 2,00 9,5014 – 20 1,50 2,25 2,00 2,00 8,0021 – 25 1,50 1,50 1,25 1,50 5,75Standar Dosis Pemupukan Tanaman Menghasilkan (T M ) Pada Tanah Mineral :Kelompok Umur (Tahun) Dosis Pupuk (kg/pohon/thn)Urea SP-36 MOP(KCl) Kieserite Jumlah3 – 8 2,00 1,50 1,50 1,00 6,009 – 13 2,75 2,25 2,25 1,50 8,7514 – 20 2,50 2,00 2,00 1,50 7,7521 – 25 1,75 1,25 1,25 1,00 5,25E. UNSUR HARA YANG DIAMBIL OLEH TANAMANJumlah Unsur Hara yang diangkut oleh tanaman Kelapa Sawit dari dalam tanah per Ha/tahun.Komponen Jumlah unsure Hara (kg/ha/thn)N P K Mg CaPertumbuhan Vegetatif 40,9 3,1 55,7 11,5 13,8Pelepah Daun yang ditunas 67,2 8,9 86,2 22,4 61,6Produksi TBS (25 ton/ha) 73,2 11,6 93,4 20,8 19,5Bungan Jantan 11,2 24 16,1 6,6 4,4Jumlah 192,5 47,6 251,4 61,3 99,3Sumber : Siahaan et.al (1990)Jumlah Pupuk yang diangkut oleh Tanaman Kelapa Sawit per Ha/tahunKomponen Jumlah unsure Hara (kg/ha/thn)Urea SP36 KCl Kieserite DolomitPertumbuhan Vegetatif 88,9 19,7 354 70,7 86,8Pelepah Daun yang ditunas 146,1 56,6 548 137,7 169Produksi TBS (25 ton/ha) 159,1 73,8 594 127,9 156,9Bungan Jantan 24,4 152,7 102 40,6 49,8Jumlah 418,5 302,8 1.599 376,9 462,5Dihitung berdasarkan data jumlah hara oleh Siahaan et.al (1990)
F. WAKTU DAN FREKWENSI PEMUPUKANWaktu Pemupukan• Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun > 60 mm/bulan.• Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.• Pupuk Dolomit dan Rock Phosphate diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP (KCl) dan rea/Z A.• Jarak waktu penaburan Dolomit/Rock Phosphate dengan Urea/Z A minimal 2 minggu.• Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu 2 (dua) bulan.Frekwensi Pemupukan• Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan umur - kondisi tanaman.• Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan frekwensi yang lebih banyak.• Frekwensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman, namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.

Pembuatan Larutan Dan Pengenceran

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA DASAR


Disusun Oleh:
Nama              : Eko Andri Subekti
N.I.M              : 10/13837/BP
Kelas               : Aneka Tanaman,
Kelompok      : I
Acara             : Pembuatan Larutan Dan Pengenceran
Jurusan          : Budidaya Pertanian
Co. Ass           : Imbransya Ali Harahap


PROGRAM UNGGULAN ANEKA TANAMAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN,  FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2010
I.                   Acara              : Pembuatan Larutan Dan Pengenceran

II.                Tujuan
1.      Untuk mengetahui cara pembuatan larutan.
2.      Untuk mengetahui cara pengenceran larutan.

III.             Dasar Teori
            Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.














IV.             Alat dan Bahan
1.      Alat:
a.       Timbangan Analitis
b.      Gelas Beker 250 ml
c.       Pengaduk Spatula
d.      Gelas Arloji
e.       Kertas Lakmus

2.      Bahan:
a.       Sodium-Hydroxida
b.      Aquades
c.       NaOH
d.      HCL

V.                Cara Kerja
1.      Pembuatan larutan Sodium-Hydroxida
·         Penimbangan NaOH, timbang gelas arloji dan catat beratnya.
·         Masukan Sodium-Hydroxida seperlunya dan catat beratnya sampai empat angka di belakang koma.
·         Pembuatan larutan, pindahkan larutan Sodium-Hydroxida kedalam gelas beker dengan bantuan pengaduk spatula.
·         Bilas gelas arloji dengan aquades.
·         Masukan ke gelas beker ditambahkan aquades sesuai dengan perhitungan.
·         Gunakan pengaduk spatula untuk membantu melarutkan Sodium-Hydroxida.
2.      Pengenceran larutan
·         Tentukan beberapa kebutuhan pelarut yang diperlukan dari perhitungan yang ada.
·         Tambahkan pelan-pelan Aquades sesuai dengan keperluan.
·         Jika bisa, gunakan labu ukur agar hasil lebih tepat.
VI.             Hasil dan Pembahasan
                        Pada praktikum acara kedua ini, praktikan melakukan pembuatan larutan dan pengenceran. Hal pertama yang dilakukan adalah pembuatan larutan NaOH 0,4 N. NaOH berupa zat padat berbentuk plat warna putih dan higrokios, BM= 40 (gr/mol). Larutkan NaOH dengan Aquades dalam gelas beker sesuai dengan perhitungan dengan bantuan spatula.
                       
Ø  Menghitung  Molaritas/ kepekaan suatu larutan.
M =  .
·         Keterangan:     M         = Molaritas
                                    gr         =
                                    Mr       = Berat Molekul
                                    V         = Volume

·         Diketahiu:        M         = 0,4
                                    gr         = ?
                                    Mr       = 40
                                    V         = 20 ml

·         Ditanya:           gr         = ?
·         Jawab:             M         =    .
                                    0,4       =   .
                                    0,4       =   . 50
                                    16        = gr . 50
                                    gr         =  
                                                = 0,32 ml


                        Untuk mendapatkan larutan standart kadang dilakukan dengan mengencerkan larutan yang sudah tersedia. Tentukan berapa larutan yang akan dibuat dan dihitung berapa banyak larutan awal yang harus diencerakan.

Ø  Menghitung persamaan larutan.
 =  
·         Keterangan:              = Volume larutan awal yang dipakai
                                                   = Volume larutan standar yang akan dibuat
                                               = Molaritas awal
                                               = Molaritas akhir
·         Diketahui:                = 20 ml
                                           = 0,4
                                           = 0,1
                                            = ?

·         Ditanya:                   = ?

·         Jawab:                =            
                                    20.0,4  = .0,1
                                             8 = .0,1
                                            =  
= 80 ml
Jadi Volume larutan standar yang akan dibuat adalah 80 ml.
                       




VII.          Kesimpulan
                        Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan:
1.      Rumus menghitung molaritas suatu larutan adalah:
M =  .
Keterangan:       M         = Molaritas
                           gr         =
                           Mr       = Berat Molekul
                           V         = Volume
2.      Molaritas adalah kepekaan suatu larutan.
3.      Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat.
4.      Bahan yang digunakan dalam pengenceran adalah Sodium-Hydroxida dan Aquades.
5.      Rumus persamaan larutan adalah:
 =
Dimana:          = Volume larutan awal yang dipakai
                        = Volume larutan standar yang akan dibuat
                       = Molaritas awal
                       = Molaritas akhir
                       


Yogyakarta,  November 2010
         Mengetahui:                                                                                               
         Co. Ass                                                                          Praktikan




(Imbransya Ali Harahap)                                                       (Eko Andri Subekti)